Kamis, 26 Mei 2011

KEUNTUNGAN BERTANI MAI 119 (MELON ASLI INDONESIA)

Bertani Melon Memiliki Nilai Ekonomis Tinggi
"Oleh: Adam Gita Swara Mungkin sebagian besar masyarakat menilai kalau bertani melon adalah pekerjaan yang membutuhkan waktu yang banyak dan rentan dengan penyakit. Tetapi tidak bagi Marsono (29), salah satu warga masyarakat Desa Kawo Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok (Loteng), Nusa Tenggara Barat (NTB). Awalnya ia juga berfikir kalau bertani melon penuh dengan resiko tetapi setelah di geluti pertama kalinya ia merasa bertani salah satu komuditi jenis ini sangat menjanjikan dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Menurut Marsono saat di temui Suara Komunitas, Minggu (31/10) pagi tadi, yang paling dibutuhkan dalam bertani melon hanya membutuhkan keuletan dan ketekunan saja, karena komuditas ini tidak teralu rentan dengan penyakit atau hama asalkan di tanam atau pun dipelihara berdasarkan atauran yang sudah ada, disamping itu melon juga ternyata tidak begitu banyak membutuhkan air, “ tuturnya. Bayangkan saja di Kabupaten Lombok Tengah terkenal dengan daerah yang sangat panas dan gersang, bahkan jika musim kemarau tiba sebagian besar lahan atau sawah miliki masyarakat pecah seperti baru selesai dilanda gempa bumi, “ sambungnya penuh canda. Sosok Marsono memang pria yang cukup ulet dan telaten, meski ia tidak terlalu berpengalaman dibidang pertanian tetapi hanya dengan modal nekat dan penasaran ia memberanikan diri mengambil keputusan untuk bertani melon jenis Melon Asli Indonesia (MAI 119). Awalnya ia bermain disalah satu temanya yang sudah beberapa lama bertani melon jenis MAI 119 ini, tanpa berfiikr panjang ia pun membeli bibit melon dengan jenis yang sama. Berbekal secuil ilmu dan pengalaman yang diberikan temannya itu ia pun menyediakan lahan seluas 12 x 30 meter dan bibit sebanyak 730 bibit. Beruntung semua bibit tersebut berhasil tumbuh dengan cukup bagus untuk ukuran seorang Marsono yang baru pertama kali menggeluti bertani melon. Rupaya tantangan pertama yang dihadapinya yakni penyakit bercak daun (Meldew) pada usia tanaman 3 minggu dan hama Phytium, tetapi gangguan itu tidak terlalu berarti sehingga pertumbuhan tanaman melon MAI 119 pun cukup bagus. Menurutnya, beberapa jenis pupuk yang harus dipersiapkan seperti, pupuk dasar, ZA, SP36, dan KCL, dan yang harus di perhatikan juga jarak tanamnya yaitu berkisar antara 70 cm berbanding 60 cm dan akar melon jangan sampai langsung bersentuhan dengan air (dibuatkan pundukan-red). Sedangkan usia panen melon MAI 119 juga relatif cepat yakni 65 hari hingga 70 hari. Menurut Marsono untuk pertama kalinya ia mencoba mengejar kwalitas melon dan bukan kwantitas. Untuk itu satu pohon hanya boleh berbuah satu biji per pohonnya. Alhasil harga jual juga sangat bagus yaitu tidak kurang dari Rp 6 ribu perkilonya. Panen perdana juga rencana akan di laksanakan pada tanggal 09 November 2010 mendatang, dan setelah dikalkulasikan total penjualan yang akan di dapatkan sekitar Rp 7 juta lebih sedangkan biaya oprasional keseluruhan dibawah Rp 1 juta. Wow … dapat kita bayangkan begitu tinggi nilai ekonomis yang akan di raih oleh Marsono. (*)

http://lampung-tengah.blogspot.com/2011/01/bertani-melon-memiliki-nilai-ekonomis.html

1 komentar:

  1. beli bibitnya dimana y?ditempat saya cari bibitnya susah,saya tinggal di magelang.

    BalasHapus